Nasional News Politik Popular News Tokoh World
Beranda / World / Aliansi Mahasiswa Untuk Bantul (AMUBA): Mundur Satu Perempuan Progresif, Mundur Seribu Langkah Demokrasi

Aliansi Mahasiswa Untuk Bantul (AMUBA): Mundur Satu Perempuan Progresif, Mundur Seribu Langkah Demokrasi

Bantul, 19 September 2025 – Aliansi Mahasiswa Untuk Bantul (AMUBA) menyatakan sikap politik atas pengunduran diri Rahayu Saraswati dari kursi DPR RI. Bagi AMUBA, keputusan tersebut bukan sekadar persoalan personal atau urusan internal partai, melainkan pukulan serius bagi perjuangan politik perempuan sekaligus krisis bagi demokrasi Indonesia.

Muhammad Ayub Abdullah, Koordinator Kajian Isu Strategis AMUBA, menegaskan bahwa kehadiran Rahayu Saraswati di parlemen adalah simbol penting keterwakilan generasi muda perempuan.

“Rahayu Saraswati adalah representasi dari suara yang sering dipinggirkan, yakni perempuan dan generasi muda. Mundurnya beliau bukan hanya kehilangan figur, tetapi juga kehilangan daya dorong perubahan yang sedang dibangun, serta representasi perempuan di ruang publik” tegas Ayub.

AMUBA menilai politik Indonesia masih sarat dengan bias struktural, mulai dari minimnya keterwakilan perempuan, dominasi budaya patriarki, hingga logika partai yang maskulin. Pengunduran diri ini justru menunjukkan rapuhnya komitmen partai politik dalam memperjuangkan keterwakilan perempuan secara nyata.

“Ketika satu perempuan progresif berhasil menembus dinding patriarki, publik justru dipaksa menyaksikan ia turun dari panggung politik. Itu bukan sekadar kemunduran individu, melainkan kemunduran demokrasi,” tambahnya.

Heboh Dokumen MBG, Warganet Pertanyakan Klausul “Pembungkaman” Insiden Keracunan

Dalam sikap resminya, AMUBA menegaskan empat poin:

  1. Menolak pengunduran diri Rahayu Saraswati dari DPR RI, karena merupakan kehilangan besar bagi perjuangan perempuan, anak, dan generasi muda.
  2. Mendesak Partai Gerindra dan DPR RI untuk mendengar aspirasi publik, bukan hanya kepentingan internal partai.
  3. Menegaskan keterwakilan perempuan di parlemen bukan sekadar angka, melainkan substansi perjuangan menuju kebijakan adil, inklusif, dan berpihak pada rakyat.
  4. Menyerukan agar partai politik memperkuat keberadaan perempuan di panggung politik, bukan melemahkan atau mengorbankannya demi kepentingan jangka pendek.

AMUBA menutup pernyataan sikap dengan mengingatkan bahwa demokrasi tidak akan pernah sehat tanpa keterlibatan perempuan secara penuh.

“Suara perempuan adalah suara bangsa. Kehilangan satu perempuan progresif berarti kita kehilangan ruang keberanian, ruang keadilan, dan ruang kesetaraan. Demokrasi akan pincang jika suara perempuan dilenyapkan dari parlemen,” pungkasnya Ayub.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement