Ekonomi Nasional
Beranda / Popular News / Nasional / 212 Merek Beras Diduga Oplosan, Tommy Gunawan Minta Menteri Amran Lihat Masalah Secara Menyeluruh!

212 Merek Beras Diduga Oplosan, Tommy Gunawan Minta Menteri Amran Lihat Masalah Secara Menyeluruh!

Tommy Gunawan, S.H. Pengurus DPD Perpadi Provinsi Lampung

RakyatBersuara.co.id, Lampung Pernyataan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang mengungkap temuan 212 merek beras diduga melakukan pengoplosan dan pelanggaran mutu, sontak memantik perhatian publik. Tak sedikit yang terkejut, sebagian lagi cemas, dan ada pula yang mempertanyakan: benarkah semua itu murni karena ulah pengusaha penggilingan padi?

Sikap kritis disampaikan oleh Tommy Gunawan, S.H., pengurus Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia (PERPADI) Provinsi Lampung, yang juga dikenal luas dengan sapaan “Anak Beras”. Sebagai pelaku usaha di sektor penggilingan, Tommy mengaku prihatin dengan narasi yang berkembang, namun juga mendorong agar pemerintah bersikap lebih adil dan objektif dalam menilai persoalan.

“Kalau benar ada 212 merek yang melakukan oplosan, tentu itu temuan yang harus disikapi serius. Tapi kita juga harus jujur, bahwa yang namanya oplosan itu muncul bukan semata karena niat curang, melainkan juga karena tekanan harga pasar dan kondisi pasokan yang tak ideal. Saat harga beras mahal dan stok langka, pengusaha dihadapkan pada dilema: bertahan atau kolaps,” ujar Tommy, Senin (14/7).

Kritik terhadap Pernyataan Menteri: Jangan Sederhanakan Masalah Kompleks

Menurut Tommy, pernyataan Menteri Pertanian yang langsung menyebut jumlah merek dan menyimpulkan terjadinya pelanggaran standar mutu perlu ditinjau kembali secara lebih komprehensif. Ia menilai bahwa penyebab dari keragaman mutu beras tidak bisa dilihat sebagai kesengajaan untuk mengoplos, tetapi harus ditelusuri dari sumber awalnya.

Strategi Kedaulatan Pangan: Pemerintah Tegaskan Impor Singkong dan Gula Dibatasi

“Pak Menteri bilang ini ‘oplosan’, tapi seharusnya kita bedakan antara pelanggaran niat dan pelanggaran akibat sistem. Di penggilingan, kami menerima padi dari berbagai daerah dan jenis. Petani di Sumatera saja menanam lebih dari sepuluh jenis bibit. Di Jawa, beda lagi. Jadi kalau hasil beras tak seragam, itu bukan serta-merta bentuk manipulasi,” jelasnya.

Tommy menyayangkan jika publik langsung mengeneralisasi temuan tersebut sebagai bentuk penipuan oleh pelaku penggilingan. Ia justru menilai bahwa selama ini penggilingan padi banyak berada dalam posisi sulit: ditekan oleh harga, tergantung pada pasokan dari tengkulak, dan dibatasi oleh regulasi yang kerap berubah-ubah.

Pasokan Tidak Seragam, Penggilingan Kerap Jadi Kambing Hitam

Lebih lanjut, Tommy menjelaskan bahwa industri penggilingan tidak bisa bekerja dalam ruang hampa. Sebagian besar pabrik menerima pasokan gabah dari berbagai wilayah melalui jalur tengkulak atau perantara. Di sinilah letak masalah yang jarang dibicarakan secara terbuka: keterbatasan suplai dan keragaman jenis gabah menyebabkan hasil penggilingan tidak bisa diseragamkan secara mutlak.

“Dalam kondisi kelangkaan, pabrik terpaksa menerima gabah dari mana saja. Kalau ada lima jenis gabah yang datang sekaligus ke pabrik, maka hasilnya pasti beragam. Bukan karena niat buruk, tapi karena sistem distribusi kita memang belum tertata,” ungkap Tommy.

Heboh Dokumen MBG, Warganet Pertanyakan Klausul “Pembungkaman” Insiden Keracunan

Tengkulak Harus Masuk dalam Evaluasi Pemerintah

Tommy mendorong Menteri Pertanian untuk melihat peran tengkulak dalam rantai pasok beras nasional. Menurutnya, para tengkulak inilah yang memegang kendali penting atas kualitas dan sumber pasokan gabah yang masuk ke penggilingan. Namun selama ini, posisi mereka nyaris tidak pernah masuk dalam evaluasi kebijakan pangan nasional.

“Kalau pemerintah serius ingin benahi mutu beras, jangan berhenti di pabrik. Tengkulak harus ikut disorot. Mereka yang mengatur jalur gabah dari petani ke penggilingan. Tanpa kontrol di titik itu, hasil akhirnya tetap tak bisa dijamin,” katanya.

Minta Pemerintah Hindari Narasi Menyalahkan Industri

Menutup pernyataannya, Tommy meminta pemerintah, khususnya Kementerian Pertanian, untuk tidak membangun narasi yang menyudutkan industri penggilingan padi secara sepihak. Ia berharap ada pendekatan yang lebih kolaboratif, dengan melibatkan semua pelaku—dari petani, tengkulak, penggilingan, hingga pengemasan—dalam merumuskan solusi bersama.

Menkeu Purbaya Tegaskan Subsidi Listrik Dikurangi Tanpa Naikkan Tarif, Ferdinand: Terlalu Liberal

“Kami di industri penggilingan bukan musuh negara. Kami bagian dari solusi ketahanan pangan. Kalau ada pelanggaran, tentu harus ditindak. Tapi jangan sampai semuanya disamaratakan tanpa melihat kompleksitas realitas di lapangan,” pungkas Tommy.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement